@article{Natali Christine_Dwiki Tanong_2020, title={SINDROMA FOSTER KENNEDY}, volume={8}, url={https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JK/article/view/2035}, DOI={10.37304/jkupr.v8i2.2035}, abstractNote={<p>Sindrom Foster Kennedy merupakan penyakit mata yang secara klasik melibatkan atrofi saraf optik ipsilateral dengan neoplasma intrakranial dengan papilledema kontralateral yang terjadi bersamaan. Sedikitnya 37 kasus telah didokumentasikan secara lengkap antara tahun 1909 dan 1989. Ini adalah kasus yang sangat langka karena tidak semua massa intrakranial akan bermanifestasi sebagai Sindrom Foster Kennedy. Melaporkan kasus Sindroma Foster Kennedy akibat massa supratentorial. Seorang wanita berusia empat puluh tahun datang ke Klinik Mata RS UKI Jakarta dengan riwayat 3 bulan penurunan penglihatan secara perlahan tanpa disertai nyeri mata. Dia tidak memiliki gejala mata lainnya dan tidak memiliki riwayat penyakit mata sebelumnya. Pasien mengeluh sakit kepala terus menerus yang lebih berat di pagi hari sehingga pasien minum analgetik secara teratur untuk mengurangi sakit kepala. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal penurunan berat badan sekitar lima kilogram dalam dua bulan dan anosmia. Ketidakstabilan emosional ditemukan. Pasien memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal sejak dua belas tahun yang lalu dan tidak ada riwayat penyakit yang sama di keluarganya. Pada pemeriksaan ketajaman penglihatan adalah 6/6 pada mata kanan dan 1/60 pada mata kiri. Pada pupil terdapat defek aferen relatif. Segmen anterior normal. Pada pemeriksaan fundus dilatasi, ditemukan adanya pembengkakan pada papil diskus optik kanan dan pada papil optik kiri pucat. <em>Computed tomography</em> (CT) kepala dan orbit menunjukkan massa supratentorial di regio frontotemporal kiri. Pemeriksaan perimetri menunjukkan skotoma sentral dan depresi mata yang berat. Pasien dirujuk ke tim bedah saraf untuk diperiksa, dan disarankan untuk melakukan debulking pada lesi. Pada kasus Sindroma Foster Kennedy yang disebabkan oleh adanya massa intrakranial, diperlukan kerjasama dalam penatalaksanaan dengan departemen lain seperti bedah saraf. Diagnosis dini dengan reseksi bedah dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut dan bersifat <em>life saving.</em> </p>}, number={2}, journal={Jurnal Kedokteran Universitas Palangka Raya}, author={Natali Christine, Reinne and Dwiki Tanong, Nicholas}, year={2020}, month={Oct.}, pages={1010–1019} }