Inventarisasi Jenis-Jenis Tumbuhan Obat Tradisional dan Upaya Konservasi In Situ di Bukit Baranahu Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling

Authors

  • Helda Noviya Prodi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Palangka Raya
  • Siti Sunariyati Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia
  • Desimaria Panjaitan Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia

Keywords:

Inventarisasi, Kalimantan Tengah, Konservasi, Tumbuhan obat tradisional

Abstract

Tumbuhan obat tradisional adalah jenis tumbuhan yang diyakini oleh masyarakat mempunyai khasiat untuk menyembuhkan suatu penyakit. Bukit Baranahu terletak di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tangkiling, yang merupakan area konservasi dan mempunyai potensi sumber daya alam besar termasuk tumbuhan obat tradisional. Penelitian mengenai inventarisasi jenis-jenis tumbuhan obat tradisional belum pernah dilakukan dan juga belum ada data jenis-jenis tumbuhan obat tradisional pada kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan obat tradisional, bagian organ apa saja yang dimanfaatkan, cara pengolahan, cara penggunaan, serta upaya konservasi in situ apa saja yang telah dilakukan oleh masyarakat di Bukit Baranahu TWA Bukit Tangkiling. Penelitian ini termasuk deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode jelajah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara terstruktur (menggunakan instrumen wawancara). Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling sedangkan untuk menentukan informan menggunakan teknik snowball sampling. Pengukuran faktor abiotik lingkungan dilakukan mencakup suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya dan pH tanah. Sampel tumbuhan obat yang telah didapatkan kemudian dibuat herbarium dan diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologinya. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 30 spesies tumbuhan telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Bukit Baranahu TWA Bukit Tangkiling. Hasil wawancara terhadap 15 orang informan menunjukkan bahwa ada 5 jenis tumbuhan yang memiliki Fidelity Level di atas 50 % yaitu Bajakah (100%), %), pasak bumi (60%), kayu manis (60%), kayu tabalien (53,33%), dan mahoni (53,33%). Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan yaitu akar, batang, daun, biji, umbi dan buah. Akar adalah organ yang paling banyak dimanfaatkan yaitu 37% sedangkan yang paling sedikit adalah biji yaitu 7%.  Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat setempat diolah dengan cara direbus, ditumbuk, diperas dan langsung digunakan. Cara pengolahan tumbuhan obat yaitu diminum, ditempel, dioles, disiram dan dikonsumsi. Upaya pelestarian in situ yang dilakukan oleh masyarakat adalah membudidayakan, menanam kembali dan mengambil sebagian tumbuhan di habitat aslinya untuk digunakan tanpa merusak habitat aslinya.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Kissinger, E. a M. Zuhud, L. K. Darusman, and I. Z. Siregar, “Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Dari Hutan Kerangas,” J. Hutan Trop. Vol., vol. 1, no. 1, pp. 17–23, 2013.

N. Ani, I. S. Rohyani, and M. Ustadz, “Pengetahuan Masyarakat Tentang Jenis Tumbuhan Obat Di Kawasan Taman Wisata Alam Madapangga Sumbawa,” J. Pijar Mipa, vol. 13, no. 2, pp. 160–166, 2018, doi: 10.29303/jpm.v13i2.751.

N. Qamariah, R. Handayani, and S. Novaryatiin, “Kajian Empiris dan Etnofarmakologi Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat asal Desa Tumbang Rungan Kelurahan Pahandut Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah,” Anterior J., vol. 18, no. 1, pp. 98–106, 2018, doi: 10.33084/anterior.v18i1.424.

fajar L. dan susy Andriani, “Phytochemical content of traditional herbal medicines in South and Central Kalimantan,” J. Galam, vol. 1, no. 2, pp. 79–92, 2021, doi: 10.20886/glm.2021.1.2.79-92.

Saptawartono, K. Widen, H. Segah, and Yanarita, “Socio-Economic Condition of Communities in Resolving Conflicts in the Bukit Tangkiling Conservation Area,” J. Ilmu Sos. dan Ilmu Polit., vol. 23, no. 2, pp. 150–162, 2019, doi: 10.22146/JSP.44308.

Y. Priono, “Pengembangan Kawasan Ekowisata Bukit Tangkiling Berbasis Masyarakat,” J. Perspekt. Arsit., vol. 7, no. 1, pp. 51–67, 2012.

B. Hoffman and T. Gallaher, “Importance indices in ethnobotany,” Ethnobot. Res. Appl., vol. 5, pp. 201–218, 2007, doi: 10.17348/era.5.0.201-218.

L. Hakim, Rempah & Herba Kebun-Pekarangan Rumah Masyarakat, no. 164. 2015.

D. Musaicho, M. Dirhamsyah, and H. Yanti, “Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Di Kelurahan Sebalo Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang,” J. Hutan Lestari, vol. 9, no. 4, p. 546, 2022, doi: 10.26418/jhl.v9i4.49858.

D. Saputri et al., “Etnobotani tumbuhan obat di Desa Serkung Biji Asri, Kecamatan Kelumbayan Barat, Kabupaten Tanggamus, Lampung,” Pros. SEMNAS BIO, vol. 1, pp. 225–240, 2021, [Online]. Available: https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id/index.php/prosiding/article/view/34%0Ahttps://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id/index.php/prosiding/article/download/34/27

I. Khomah and R. U. Fajarningsih, “Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pendapatan Rumah Tangga,” Procceding Semin. Nas. Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas Pemanfaat., pp. 155–161, 2016.

Published

2024-01-13

How to Cite

Noviya, H., Siti Sunariyati, & Desimaria Panjaitan. (2024). Inventarisasi Jenis-Jenis Tumbuhan Obat Tradisional dan Upaya Konservasi In Situ di Bukit Baranahu Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Palangka Raya, 5(1). Retrieved from https://e-journal.upr.ac.id/index.php/SNST2023/article/view/11238