Bohr: Jurnal Cendekia Kimia https://e-journal.upr.ac.id/index.php/bohr <p><strong>Bohr: Jurnal Cendekia Kimia </strong>adalah jurnal yang diterbitkan oleh Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Palangka Raya. Secara berkala jurnal ini akan diterbitkan setahun dua kali yaitu pada bulan September dan Februari. Artikel yang selaras dengan tema utama <strong>Bohr </strong>adalah hasil penelitian, review, dan komunikasi singkat dalam bidang ilmu kimia serta penerapannya.</p> Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Palangka Raya id-ID Bohr: Jurnal Cendekia Kimia Potensi Arang Aktif Apu-Apu (Salvinia molesta) sebagai Bioadsorben Terhadap Zat Warna Metil Jingga https://e-journal.upr.ac.id/index.php/bohr/article/view/12616 <p>Bioadsorben merupakan bahan alami yang memiliki kemampuan untuk menyerap atau mengikat senyawa-senyawa tertentu dari lingkungn melalui adsorpsi. Di mana salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai bioadsorben adalah tanaman apu-apu. Pada penelitian ini, tanaman apu-apu digunakan sebagai agen bioadsorpsi terhadap zat warna metil jingga. Apu-apu diaktivasi dengan asam klorida (HCl) sebelum dilakukan proses adsorpsi dengan zat warna metil jingga, kemudian dikarakterisasi dengan spektrofotometer UV-Vis. Dari hasil yang didapatkan, bioadsorben apu-apu menunjukkan efektivitas penyerapan yang tinggi pada model isoterm Langmuir di mana nilai koefisien determinasi (R<sup>2</sup>) yang didapatkan adalah 0,904 dan 0, 9097 untuk konsentrasi HCl 0,5 M dan 1 M berturut-turut. Energi bebas Gibbs yang diperoleh sebesar 23,51 kJ/mol dan 25,45 kJ/mol. Tetapan kesetimbangan adsorpsi yang diperoleh yaitu 1,36×10<sup>4</sup> L/mol dan 2,99×10<sup>4</sup> L/mol untuk adsorben karbon aktif teraktivasi HCl 0,5 M dan 1 M berturut-turut. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses adsorpsi zat warna metil jingga oleh karbon aktif dari tanaman apu-apu merupakan jenis adsorpsi kimia.</p> Risfiah Ruli Cahyani Eka Jhonatan Krissilvio Marvin Horale Pasaribu Erwin Prasety Toepak Hak Cipta (c) 2024 Bohr: Jurnal Cendekia Kimia 2024-02-29 2024-02-29 2 02 Kajian Etnobotani Tanaman Khas yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Kalimantan https://e-journal.upr.ac.id/index.php/bohr/article/view/10461 <p>Kalimantan merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang mempunyai keanekaragaman tumbuhan sangat tinggi. Tumbuhan maupun tanaman khas yang berada di sekitar Kalimantan perlu dikaji agar mengetahui potensi dari tanaman khas berdasarkan dari bagian yang digunakan. Metode pengumpulan data berdasarkan studi pustaka. Terdapat 9 jenis tanaman yang dikaji berdasarkan penelusuran yang telah diperoleh berdasarkan informasi studi Pustaka, diantaranya tewu tadung (G. speciosum), sangkareho (Callicarpa longifolia), bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk), bawang dayak (Eleutherine americana Merr), pulantan (Alstonia scholaris), ulap (Baccaurea motleyana Merr), laban (Vitex pubescens Vahl), rambusa (Passiflora foetida L), dan anggrek uwei menyame (Bromheadia finlaysoniana). Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan masyarakat Kalimantan menggunakan bagian tanaman seperti akar, daun, batang, biji, kulit buah, daging buah, siung bawang, getah, dan kulit kayu. Selain itu, pemanfaatan oleh masyarakat setempat banyak menjadikan tanaman khas sebagai obat, bahan pangan, dan tanaman hias.</p> <p>&nbsp;</p> Septaria Yolan Kalalinggi Rizki Rachmad Saputra Oktavia Rahmi Wulandari Amanda Natania Gracia Marsya Imelya Hak Cipta (c) 2024 Bohr: Jurnal Cendekia Kimia 2024-03-05 2024-03-05 2 02 Analisis kondisi Optimum Senyawa Kalsium Ferrat (CaFeO4) Sebagai Oksidator Untuk Penurunan Intensitas Warna Pada Air Gambut di Kota Palangka Raya https://e-journal.upr.ac.id/index.php/bohr/article/view/12711 <p>Air gambut telah melarutkan senyawa organik yang menyebabkan air berubah warna menjadi coklat. Artinya, air gambut tidak bisa dijadikan sumber air untuk kebutuhan sehari-hari. Asam humat, asam fulvat, dan humin merupakan senyawa organik yang menyebabkan perubahan warna air gambut. Salah satu langkah alternatif yang dapat dipilih dan dianggap aman untuk mengolah air gambut menjadi air bersih adalah penggunaan zat pengoksidasi. Oksidator adalah salah satu zat atau senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan untuk mengoksidasi zat organik penyebab warna pada air gambut menjadi bentuk yang lebih aman bagi lingkungan melalui reaksi oksidasi. Ion besi (Fe<sup>6+</sup>), biasa disebut ferrat (FeO<sub>4</sub><sup>2-</sup>) dalam senyawa kalsium ferrat, merupakan oksidator kuat yang dipilih dan digunakan dalam penelitian ini. Kalsium ferrat (CaFeO<sub>4</sub>) dari senyawa FeCl<sub>3 </sub>dapat menurunkan intensitas warna air gambut dari Sungai Sebangau di bagian permukaan air sebesar 90,63% pada pH 10, sedangkan dibagian tengah sungai sebangau dapat diturunkan &nbsp;intensitas warna air gambut sebesar 88,88% pada pH 12. Sedangkan dibagian dasar Sungai Sebangau dapat diturunkan &nbsp;intensitas warna air gambut&nbsp; sebesar 79,74% pada pH 12. Kemampuan ion besi (Fe<sup>3+</sup>) yang dihasilkan setelah reaksi oksidasi tidak berjalan optimal pada kondisi sangat basa yang menyebabkan terjadinya interaksi tolak menolak antara ion OH<sup>-</sup> atau muatan negatif bahan organik dengan oksidator CaFeO<sub>4. </sub>Sehingga mengurangi efisiensi penyisihan senyawa organik dalam air gambut.</p> Lilis Rosmainar Midun Efendi Patar Sihombing Stevin Carolius Angga Hak Cipta (c) 2024 Bohr: Jurnal Cendekia Kimia 2024-02-29 2024-02-29 2 02 60 71 Sintesis Magnesium Ferrat (MgFeO4) Sebagai Oksidator Untuk Penurunan Intensitas Warna Pada Air Gambut Di Kota Palangka Raya https://e-journal.upr.ac.id/index.php/bohr/article/view/12710 <p>Asam humat, humin, terutama asam fulvat merupakan senyawa organik penyebab air gambut berwarna kuning hingga merah kecoklatan yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi manusia. Upaya untuk menurunkan intensitas warna air gambut dapat menggunakan oksidator magnesium ferrat (MgFeO<sub>4</sub>). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kemampuan oksidator MgFeO<sub>4</sub>. dalam mendegradasi senyawa fulvat penyebab air berwarna. Pembuatan oksidator MgFeO<sub>4 </sub>dibagi menjadi dua tahapan yaitu sintesis FeO<sub>4</sub><sup>2- </sup>menggunakan 40 mL NaOCl 5,25%, 3 g NaOH, 1 mL FeCl<sub>3</sub>, Fe(NO<sub>3</sub>)<sub>3 </sub>dan Fe<sub>2</sub>(SO<sub>4</sub>)<sub>3 </sub>sebagai prekursor Fe<sup>3+</sup>. Tahap kedua sintesis MgFeO<sub>4 </sub>menggunakan 30 mL larutan Mg(NO<sub>3</sub>)<sub>2 </sub>0,3 M dan larutan Na<sub>2</sub>FeO<sub>4</sub> melalui reaksi pertukaran kation Mg<sup>2+ </sup>dan Na<sup>+</sup> menghasilkan padatan MgFeO<sub>4 </sub>berwarna putih. Hasil penelitian menunjukkan larutan Na<sub>2</sub>FeO<sub>4 </sub>berwarna ungu kehitaman yang menandakan Fe<sup>3+ </sup>telah teroksidasi menjadi Fe<sup>6+ </sup>serta menghasilkan padatan MgFeO<sub>4 </sub>berwarna putih. Karakterisasi UV-Vis menunjukkan bahwa λ<sub>maks</sub> Na<sub>2</sub>FeO<sub>4 </sub>bersumber senyawa FeCl<sub>3 </sub>yaitu 510 nm, Fe(NO<sub>3</sub>)<sub>3</sub> yaitu 510 nm, dan Fe<sub>2</sub>(SO<sub>4</sub>)<sub>3 </sub>sebesar 505 nm. Puncak tertinggi XRD pada 2θ memperlihatkan MgFeO<sub>4 </sub>bersumber dari senyawa FeCl<sub>3</sub> pada 31,77<sup>o</sup>. MgFeO<sub>4</sub> yang bersumber dari senyawa Fe(NO<sub>3</sub>)<sub>3</sub> memiliki puncak tertinggi pada 15,03<sup>o</sup> dan NaNO<sub>3</sub> pada 2θ = 66,31<sup>o</sup>, serta MgFeO<sub>4</sub> bersumber dari senyawa Fe<sub>2</sub>(SO<sub>4</sub>)<sub>3 </sub>memiliki puncak tertinggi pada 31,74<sup>o</sup> yang masih mengandung pengotor yaitu NaNO<sub>3</sub> pada 2θ = 66,10<sup>o</sup>. Berdasarkan hasil degradasi senyawa fulvat pada air gambut ditunjukkan bahwa MgFeO<sub>4</sub> dari senyawa FeCl<sub>3 </sub>dapat menurunkan intensitas warna sebesar 92,9%, MgFeO<sub>4</sub> dari senyawa Fe(NO<sub>3</sub>)<sub>3 </sub>dapat menurunkan intensitas warna sebesar 92,5% serta MgFeO<sub>4</sub> dari senyawa Fe<sub>2</sub>(SO<sub>4</sub>)<sub>3 </sub>dapat menurunkan intensitas warna sebesar 95,9%. Kesimpulannya, MgFeO<sub>4 </sub>berpotensi sebagai salah satu oksidator yang dapat menurunkan intensitas warna pada air gambut</p> Ribka Uli Pakpahan Rasidah Rasidah Lilis Rosmainar Hak Cipta (c) 2024 Bohr: Jurnal Cendekia Kimia 2024-02-29 2024-02-29 2 02 72 81 Sintesis Asam Humat-Fe3O4 dari Gambut Kalimantan Tengah sebagai Adsorben Magnetik Limbah Zat Warna Congo Red https://e-journal.upr.ac.id/index.php/bohr/article/view/12823 <table width="604"> <tbody> <tr> <td width="378"> <p>Gambut merupakan daerah dengan akumulasi bahan organik yang sama atau kurang dari 35%. Salah satu bahan organik tersebut adalah asam humat yang digunakan dalam sintesis adsorben bersama magnetit untuk mengadsorpsi <em>congo red</em>. Isolasi asam humat berhasil dilakukan dengan metode IHSS. Karakterisasi menggunakan FTIR, XRD dan UV-Vis digunakan untuk mengetahui keberhasilan dari sintesis AH-Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>. Hasil spektra FTIR dari asam humat menunjukkan serapan pada gugus -OH atau -NH amina dan amida (3300 cm<sup>-1</sup>), C-H alifatik (2920 cm<sup>-1</sup>), -C=O dari gugus COOH (1705 cm<sup>-1</sup>), serta C=C aromatik (1607 cm<sup>-1</sup>). Hasil diffraktogram dari asam humat menunjukkan puncak 2q dari rentang 10-30° berbentuk tonjolan lebar yang mengindikasikan bentuk amorf dengan puncak pada rentang 32° dan 45° yang menunjukkan adanya pengotor yaitu SiO<sub>2</sub>. Sintesis AH-Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub> berhasil dilakukan dengan metode kopresipitasi dan dikarakterisasi dengan XRD yang menunjukkan diffraktogram sesuai dengan JCPDS 19-0629 dan mengindikasikan bahwa asam humat tidak memengaruhi struktur kristal dari Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>. AH-Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub> diaplikasikan pada <em>congo red</em> dengan hasil optimum pada variasi 1,8 : 1 : 1,2 (AH : Fe<sup>2+</sup> : Fe<sup>3+</sup>) dengan basa pengendap sebesar 15%. Uji isoterm adsorpsi dilakukan untuk mengetahui model isoterm dari AH-Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa AH-Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub> mengikuti model isoterm Langmuir sehingga adsorpsi terjadi secara kemisorpsi <em>monolayer</em>.</p> </td> </tr> </tbody> </table> Abdullah Muzaki Al Mukhtar I Nyoman Sudyana Lilis Rosmainar Hak Cipta (c) 2024 Bohr: Jurnal Cendekia Kimia 2024-02-29 2024-02-29 2 02 82 93