Etnoekologi Masyarakat di Kawasan Hutan Jati Kabupaten Batang pada Pertanaman Tumpangsari

DOI:

https://doi.org/10.36873/jjms.2021.v3.i1.501

Kata Kunci:

etnoekologi, hutan jati, tumpangsari

Abstrak

Pengetahuan lokal secara substansial merupakan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari. Sebagian masyarakat di kawasan hutan jati di wilayah Desa Pecalungan Kabupaten Batang, bermata pencaharian sebagai petani dengan memanfaatkan area hutan Jati. Dalam mengelola lahan para pekerja hutan berpedoman sesuai aturan yang berlaku secara turun-temurun, pedoman pengelolaan lahan dengan teknik tersebut merupakan pengetahuan lokal yang perlu dikaji melalui studi etnoekologi. Penelitian ini bertujuan menggambarkan interaksi pekerja hutan dengan lingkungan hutan jati terkait pertanaman tumpangsari yaitu cabe rawit, kacang panjang dan jagung dengan pohon jati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif deskriptif.  Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam kepada tiga informan (pekerja hutan) menggunakan pedoman wawancara. Setiap kegiatan wawancara dilakukan recording. Pengumpulan data juga menggunakan metode observasi dan setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk foto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja hutan memiliki pengetahuan tentang pertanaman tumpangsari dan menerapkan dalam kehidupannya yaitu pengetahuan pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan tanaman jati; pengetahuan waktu dan karakteristik tanah yang sesuai dengan tanaman; pengetahuan pembuatan pupuk alami; pengetahuan pola tanam; pengetahuan pemeliharaan tanaman; pengetahuan masa panen; dan tradisi pekerja hutan. Semua kegiatan budidaya yang dilakukan para pekerja hutan berdasarkan pemahaman untuk kelestarian hutan jati.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

E. B. Walujo, “Sumbangan ilmu etnobotani dalam memfasilitasi hubungan manusia dengan tumbuhan dan lingkungannya,” J. Biol. Indones., vol. 7, no. 2, pp. 375–391, 2011.

M. N. Irsyad and J. Murningsih, “Studi Etnobotani Masyarakat Desa Sukolilo Kawasan Pegunungan Kendeng Pati Jawa Tengah ( Ethnobotany Study of Rural Community Sukolilo , Kendeng Mountains , Pati , Central Java ) Abstrak,” Bioma, vol. 15, no. 1, pp. 27–34, 2013.

J. Jumari, D. Setiadi, Y. Purwanto, and E. Guhardja, “Etnoekologi Masyarakat Samin Kudus Jawa Tengah,” Bioma Berk. Ilm. Biol., vol. 14, no. 1, p. 7, 2012, doi: 10.14710/bioma.14.1.7-16.

John W. Creswell, “Mixed-Method Research: Introduction and Application,” Handbook of Educational Policy. pp. 455–560, 1999.

E. B. Walujo, “Memahami Keanekaragaman untuk Membangun Masa Depan,” 2014.

M. Van Noordwijk and K. Hairiah, “Tree-soil-crop interactions in sequential and simultaneous agroforestry systems.,” Bergstrom L Kirchmann H eds. Carbon Nutr. Dyn. Nat. Agric. Trop. Ecosyst., pp. 172–190, 1998.

P. Tumewu, C. P. Paruntu, F. Pertanian, U. Sam, and R. Manado, “HASIL UBI KAYU ( Mannihot esculenta Crantz .) TERHADAP,” J. LPPM Bid. …, vol. 2, no. 2, pp. 16–27, 2015, [Online]. Available: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lppmsains/article/view/10687.

R. H. Howeler, “Cassava mineral nutrition and fertilization.,” Cassava Biol. Prod. Util., no. January 1981, pp. 115–147, 2009, doi: 10.1079/9780851995243.0115.

A. M. Fernandes, B. Gazola, J. G. da S. Nunes, E. L. Garcia, and M. Leonel, “Yield and nutritional requirements of cassava in response to potassium fertilizer in the second cycle,” J. Plant Nutr., vol. 40, no. 20, pp. 2785–2796, 2017, doi: 10.1080/01904167.2017.1382520.

N. A. Dewi, E. Widaryanto, and Y. B. S. Heddy, “Pengaruh naungan pada pertumbuhan dan hasil tiga varietas cabai rawit ( Capsicum frutescens L .),” J. Produksi Tanam., vol. 5, no. 11, pp. 1755–1761, 2017.

J. E. X. Rogi, J. I. Kalangi, J. A. Rombang, A. Lumingkewas, S. Tumbelaka, and Y. Paskalina, “Produktivitas Jagung ( Zea mays L .) pada Berbagai Tingkat Naungan Tanaman Kelapa ( Cocos nucifera L .) Productivity of Corn ( Zea mays L .) at Various Levels of Shading in Coconut Field ( Cocos nucifera L .),” Bul. Palma, no. 38, pp. 49–59, 2010.

D. E. Setiyawan, D. E. Munandar, and Setiyono, “Pengaruh Perbedaan Naungan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Jagung (Zea Mays, L) Komposit,” J. Berk. Ilm. Pertan., vol. 10, no. 10, pp. 1–6, 2015.

J. Iskandar and B. Su. Iskandar, “Etnoekologi dan Pengelolaan Agroekosistem oleh Penduduk Desa Karangwangi Kecamatan Cidaun, Cianjur Selatan Jawa Barat,” J. Biodjati, vol. 1, no. 1, p. 1, 2016, doi: 10.15575/biodjati.v1i1.1035.

Yuliani and Y. S. Rahayu, “Pemberian Seresah Daun Jati Dalam Meningkatkan Kadar Hara dam Sifat Fisika Tanah Pada Tanah Berkapur,” Pros. Semin. Nas. Biol., no. January, pp. 213–217, 2016.

M. S. Arifah, “Aplikasi macam dan dosis pupuk kandang pada tanaman kentang,” J. Gamma, vol. 8, no. 2, pp. 80–85, 2013, [Online]. Available: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/2409.

M. A. Setiawan, H. Umar, and Hamzari, “Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan Semai Jati (Tectona grandis L.f) Pada Lahan Bekas Tambang Poboya,” J. War. Rimba, vol. 7, no. 1, pp. 39–46, 2019.

W. E. Murdiono, E. Nihayati, . S., and N. Azizah, “Peningkatan Produksi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Pada Berbagai Macam Pola Tanam dengan Jagung (Zea mays),” J. Hortik. Indones., vol. 7, no. 2, p. 129, 2016, doi: 10.29244/jhi.7.2.129-137.

Junaidah, “Pemangkasan pada hutan tanaman,” Galam Vol. IV No. 3, pp. 209–221, 2010.

Maridi, “Mengangkat Budaya dan Kearifan Lokal dalam Sistem Konservasi Tanah dan Air,” Semin. Nas. XII Pendidik. Biol. UNS, no. 1, pp. 20–39, 2015.

Unduhan

Diterbitkan

2021-06-22

Cara Mengutip

[1]
“Etnoekologi Masyarakat di Kawasan Hutan Jati Kabupaten Batang pada Pertanaman Tumpangsari”, JJMS, vol. 3, no. 1, hlm. 01–06, Jun 2021.