Formulasi dan Stabilitas Mutu Fisik Lilin Aromaterapi dari Minyak Atsiri Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria Rosc.) Sebagai Antinyamuk Menggunakan Pigmen Warna Belawan Merah (Tristaniopsis Merguensis Griff.)
Abstrak
Terdapat banyak jenis antinyamuk yang beredar dipasaran yang mengandung senyawa bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehingga perlu dikembangkan produk antinyamuk yang menggunakan bahan alami dalam proses pembuatannya yakni lilin aromaterapi. Tanaman yang digunakan adalah kunyit putih yang mengandung minyak atsiri dan pewarna alami yang berasal dari kulit batang belawan merah. Pembuatan lilin aromaterapi menggunakan soy wax, 0,5 gram pewarna alami dan variasi minyak atsiri masing-masing sebanyak 1%, 3%, dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan rendemen minyak atsiri yaitu 0,52% serta karakteristik sifat fisik minyak atsiri dalam penelitian telah memenuhi SNI. Hasil analisis GC-MS terdapat 5 komponen utama yaitu camphor (14,53%); eucalyptol (14,29%); ar-turmerone (12,96%); terpinolene (8,30%); dan alpha.-phellandrene (4.89%). Berdasarkan uji statistik terhadap kesukaan aroma lilin aromaterapi sebelum dibakar menunjukkan bahwa formula A (1%) dan B (3%) tidak terdapat perbedaan signifikan, sedangkan formula B (3%) dan C (5%) memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil uji statistik terhadap kesukaan aroma lilin aromaterapi saat dibakar dan secara keseluruhan menunjukkan bahwa formula A (1%) terhadap formula B (3%) dan C (5%) tidak terdapat perbedaan signifikan, sedangkan formula B (3%) dan C (5%) memiliki perbedaan yang signifikan. Kesimpulannya, kulit batang belawan merah tercampur secara homogen pada lilin aromaterapi sehingga berpotensi sebagai salah satu pewarna serbuk alami. Selain itu, didapatkan bahwa formula B (3%) memiliki tingkat kesukaan tertinggi yaitu dengan nilai 3,83.