TURUS TAJAK: MEMPERKOKOH SOLIDARITAS DAN IDENTITAS DAYAK MAANYAN

Authors

  • kumpiady widen Universitas Palangka Raya

Keywords:

Turus Tajak, basement, solidarity and Ethnic identity

Abstract

Turus Tajak is the ethnic term that describes the process of customary wedding ceremony among the Maanyaan Dayak of Central Kalimantan. The Maanyaan is one of Dayak ethnic groups of Central Kalimantan who occupy East Barito Regency. Historical of past experience of the Maanyan’s struggle and difficult lives has strengthened their solidarity and ethnic identity as one big extended family. These solidarity and ethnic identity are obviously seen and illustrated in their social lives wherever they live. One of their customary ceremonies that is still maintained until now is customary wedding ceremony named Turus Tajak.  Semantically, Turus means a post or a pole, and Tajak means to set up a post or a pole in the water or on the ground. Symbolically Turus Tajak means to  set up a strong basement for the new married couples to start and build their new household. There are two conditions described in Turus Tajak ceremony. The invited audiences alternately come forward in front of the couples and gives voluntary contribution(sum amount of money) and short advices on how to get together as new couples as well as how to build a new household. Turus Tajak ceremony, culturally binds all the Maanyan to be a big extended family.    

 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Diman, P. (2020). Nyanyian Adat Masyarakat Dayak Maanyan: Suatu Pendekatan Hermeneutika. Enggang: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 1(1), 40-56.

Hudson, A.B. 1967. PADJU EPAT: The Ethnography and Social Structure of A Maanyan

Dayak Group In Southeastern Borneo. Unplished Dissertation at Cornell

University, USA.

Manuati, Yekti. 2004. Identitas Dayak: Kodifikasi Politik Kebudayaan. Yogyakarta: LkiS

Mardiana, D., & Fauzi, I. (2022, May). Makna Kultural Benda-benda Bersejarah Peninggalan Kesultanan Kutaringin: Sebuah Pendekatan Semantik Pedagogis. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN, BAHASA, SASTRA, SENI, DAN BUDAYA (Vol. 1, No. 1, pp. 247-262).

Misnawati, M. (2023). Melintasi Batas-Batas Bahasa Melalui Diplomasi Sastra Dan Budaya: Crossing Language Boundaries Through Literary And Cultural Diplomacy. Pedagogik: Jurnal Pendidikan, 18(2), 185-193.

Misnawati, M. (2022). Teori Ekopuitika untuk Penelitian Sastra Lisan. Drestanta Pelita Indonesia Press.

Misnawati, M., Maysani, D., Diman, P., & Perdana, I. (2022). Keindahan Bunyi Sebagai Identitas Kultural Masyarakat Dayak Maanyan Dalam Sastra Lisan Tumet Leut. Drestanta Pelita Indonesia Press.

Riwut, Tjilik. 2007. Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan. Yogyakarta:

Galangpress.

Riwut, Tjilik. 2003. Maneser Panatau Tatu Hiang: Menyelami Kekayaan Leluhur.

Palangka Raya: Pusakalima

Widen, Kumpiady. 2001. The Impacts of Globalization on Dayak Identity. Unpublished

Dissertation at La Trobe University, Melbourne-Australia.

Widen, Kumpiady. 2011. Dayak Maanyan: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta:

Midada Rahma Press

Widen, Kumpiady. 2011. Gender, Kemiskinan, dan KDRT. Jakarta: Midada Rahma Press.

Widen, Kumpiady. 2009. Organisasi Sosial Lokal Suku Dayak Ngaju di Kalimantan

Tengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film.

Widen, Kumpiady.2016. The Rise of Dayak Identities in Central Kalimantan, dalam Borneo

Studies in History, Society and Culture. Singapore: Springer

Widen, Kumpiady, 1994. Tendensi Perubahan Peranan Wali-Asbah dan Saksi Dalam

Perkawinan Dayak Maanyan di Kalimantan Tengah. Penelitian mandiri tidak dipublikasikan.

Widen, Kumpiady. 2002. Makna Pilosofis Jalan Hadat Dalam Perkawianan Adat Dayak

Ngaju. Penelitian Mandiri, tidak dipublikasikan.

Widen, Kumpiady. 2003. Peranan Mantir Dalam Upacara Perkawinan Menurut Hukum

Adat Dayak Maanyan Paju Epat, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Baritu Timur.

Penelitian mandiri tidak dipublikasikan.

Poerwadi, P., & Misnawati, M. P. Deder dan Identitas Kultural Masyarakat Dayak Ngaju. GUEPEDIA.

Poerwadi, P., Misnawati, M., & Sari, F. M. (2023). Literary Phenomenology in Ngaju Dayak Folklore. Journal of World Science, 2(2), 261-277.

Purba, A. I. (2022). Peranan Marga Terhadap Kerukunan Beragama pada Masyarakat Kota Tanjung Balai Sumatera Utara. ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 3(1), 45-56.

Purba, A. I., & Kemal, L. (2023). PENGARUH TRADISI “SONGGOT” TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG SEMBAKO DI KOTA TANJUNG BALAI. ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 3(2), 262-270.

Widia, E., Poerwadi, P., Misnawati, M., Cuesdeyeni, P., & Linarto, L. (2023). Makna Simbolik Natas Banyang Pada Upacara Pernikahan Adat Dayak Maanyan di Barito Timur Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA. Bhinneka: Jurnal Bintang Pendidikan dan Bahasa, 1(4), 155-171.

Downloads

Published

2024-01-08

How to Cite

kumpiady widen. (2024). TURUS TAJAK: MEMPERKOKOH SOLIDARITAS DAN IDENTITAS DAYAK MAANYAN. ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya, 3(2), 550–561. Retrieved from https://e-journal.upr.ac.id/index.php/enggang/article/view/12240