ECO-ETIKA DALAM BUDAYA MANUGAL DAYAK NGAJU (Tinjauan Ekologis Berdasarkan Ensiklik Laudato Si Art. 139)

Authors

  • Agustinus Hendra STFT Widya Sasana Malang
  • Ipolmi Aji Marseda STFT Widya Sasana Malang

DOI:

https://doi.org/10.37304/enggang.v3i1.4938

Keywords:

Manugal, Budaya, Eco-etika, Dayak Ngaju

Abstract

ABSTRAK
Studi ini menaruh perhatian pada budaya Manugal Dayak Ngaju dalam korelasinya dengan etika lingkungan yang terdapat dalam Dokumen Laudato Si Art. 139-140. Budaya Manugal Dayak Ngaju mengandung banyak nilai dan makna kehidupan. Nilai itu di antaranya adalah eco-etika. Tujuan studi ini ialah untuk menemukan bahwa terdapat nilai dan makna eco-etika yang menjadi pegangan masyarakat Dayak Ngaju dalam mempersiapkan dan membuka lahan. Dalam proses Manugal, masyarakat Dayak selalu menjunjung nilai kebersamaan (Handep) sehingga tidak hanya terdapat nilai etik manusia dan alam saja, tepi juga nilai etik antara manusia dengan sesama dalam hal moral untuk saling membantu. Nilai ini jugalah yang akan digali dalam studi ini. Metodologi yang digunakan dalam studi ini adalah metodologi kualitatif kepustakaan yang membahas tema berdasarkan buku-buku dan penelitian-penelitian terdahulu. Penulis mengumpulkan dan menganalisa sumber-sumber buku, artikel tentang Manugal, dan ajaran-ajaran ekologis dalam Laudato Si untuk sampai pada temuan akan nilai eco-etika dalam budaya Manugal Dayak Ngaju. Temuan dari studi ini ialah bahwa budaya Manugal mengandung nilai eco-etika. Nilai ini telah dihidupi juga oleh masyarakat Dayak Ngaju. Meski sering tidak disadari, Manugal telah menjadi sebuah kegiatan yang di dalamnya terkandung nilai yang penting bagi manusia dan alam.
Kata Kunci: Manugal, Budaya, Eco-etika, Dayak Ngaju.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2022-06-20

How to Cite

Hendra, A. ., & Aji Marseda, I. . (2022). ECO-ETIKA DALAM BUDAYA MANUGAL DAYAK NGAJU (Tinjauan Ekologis Berdasarkan Ensiklik Laudato Si Art. 139). ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya, 2(2), 146–154. https://doi.org/10.37304/enggang.v3i1.4938