Analisis Bentuk Dan Penyajian Tari Amuk Wadian ( Studi Kasus Pada Sanggar Layu Pintaruan ) Kabupaten Barito Timur

Analisis Dan bentuk Penyajian Tari Amuk Wadian Pada sanggar Layu Pintaruan “ Kaitannya sejarah dari Amuk Wadian mempunyai tujuan : 1.Mendeskripsikan bentuk penyajian tari yang diangkat dari perjalanan ritual Amuk Wadian. Memberikan daya kreativitas untuk menciptakan hal-hal baru untuk berkarya yang bersumber dari tradisi ritual masyarakat.

Penulis

  • Nor aisa Mahasiswi

Abstrak

Tari Amuk Wadian ini diangkat dari Ritual adat suku Dayak Maanyan dengan peran utama tokoh berasal dari Wadian Dadas. Masyarakat suku Dayak Ma’anyan mengenal sosok Wadianyaitu sebagai tabib atau pemimpin ritual keagamaan yang diyakini oleh masyarakat suku Dayak Ma’anyan itu sendiri, dan yang lebih uniknya lagi dimana Wadian Dadas terkenal, bahwa pelakunya merupakan seorang perempuan, Wadian Dadasbiasanya memimpin ritual adat, mengenai Urusan Welum.Tari Wadian Dadas dulunya sebagai ritual adat yang menyangkut Urusan Welum  dari membayar hajat, panen hasil ladang seperti panen padi, nempuk wunge taun dan ritual suku dayak Ma’anyan. Amuk Wadian merupakan seseorang yang memiliki keturunan Wadian, prosesi Amuk Wadian merupakan seseorang yang diturunkan atau di-ilhamkan untuk menerima posisi sebagai seorang Wadian, karena merupakan keturunan Wadian.Seorang Amuk Wadian Biasanya diketahui melalui sakit-sakitan ataupun memegang, memakai peralatan yang digunakan oleh seorang Wadian sehingga terjadi Amuk. Sehingga seseorang yang telah terkena Amuk Wadian harus dijadikan ( Tumang Wadian ) mengambil syarat agar tidak sakit lagi. Setelah terjadinya Amuk Wadian seseorang harus melaksanakan acara Balian kemudian di-mandikan menggunakan air kelapa muda dan ditepuk menggunakan Mayang ( bunga pinang muda ) sampai terbelah, di-iringi menggunakan Kawit Kinte ( benang ) menuju Putut Wundrung ( tempat prosesi balian ). Jika seseorang tersebut menolak menjadi Wadian, maka seseorang tersebut akan terserang penyakit dan cenderung sakit-sakitan sampai orang tersebut menerima dirinya sebagai seorang Wadian.Dengan adanya seni pertunjukan atau sanggar-sanggar seni yang berkembang di Barito Timur terkhususnya, tari gelang Wadian Dadas memiliki nilai seni dan tidak akan mengurangi nilai seni di-dalamnya. Justru itu merupakan cara pelestarian agar tetap mempertahankan nilai budaya yang ada. Bagaimana caranya melestarikan dan mengembangkan nilai seni tersebut ? yaitu dengan adanya sanggar-sanggar seni di-Kabupaten Barito Timur dimana dengan adanya sanggar tersebut agar tetap membawakan adat dan budaya Wadian Dadas dan mengangkat cerita bagaimana sampai terjadinya seorang Wadian. Kata Kunci : Analisis, Bentuk, Penyajian Tari Amuk Wadian Sanggar Layu Pintaruan

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Unduhan

Diterbitkan

30-06-2023

Cara Mengutip

aisa, N. (2023). Analisis Bentuk Dan Penyajian Tari Amuk Wadian ( Studi Kasus Pada Sanggar Layu Pintaruan ) Kabupaten Barito Timur: Analisis Dan bentuk Penyajian Tari Amuk Wadian Pada sanggar Layu Pintaruan “ Kaitannya sejarah dari Amuk Wadian mempunyai tujuan : 1.Mendeskripsikan bentuk penyajian tari yang diangkat dari perjalanan ritual Amuk Wadian. Memberikan daya kreativitas untuk menciptakan hal-hal baru untuk berkarya yang bersumber dari tradisi ritual masyarakat. Tambuleng, 4(1), 61–73. Diambil dari https://e-journal.upr.ac.id/index.php/tambuleng/article/view/7597

Terbitan

Bagian

Tambuleng (Jurnal Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik)