KEKERASAN SIMBOLIK TERHADAP KORBAN CATCALLING: SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGIS
DOI:
https://doi.org/10.59700/js.v7i1.13691Keywords:
Pelecehan Verbal, Perempuan, Kekerasan, KorbanAbstract
Kekerasan wacana, atau kekerasan simbolik, adalah metode mendominasi orang lain melalui komunikasi. Hal ini lebih merupakan latihan intelektual yang bertujuan untuk mempengaruhi sudut pandang orang lain guna melegitimasi dan bahkan membenarkan penggunaan berbagai jenis kekerasan. Bersiul dan tindakan simbolik lainnya yang ditujukan kepada korban merupakan contoh kekerasan simbolik yang dapat digunakan untuk pelecehan seksual verbal. Perilaku ini meresahkan dan menyusahkan para korban. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan jenis studi kasus. Pengumpulan data penelitian ini dengan cara teknik wawancara. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa latar belakangi terjadinya kekerasan simbolik yaitu minimnya pengetahuan tentang kekerasan simbolik, kebiasaan, dan budaya patriarki. Kekerasan simbolik yang dialami korban dibagi dalam dua kategori yaitu verbal dan non-verbal.
References
Ahmadi, D. (2008). Interaksi Simbolik: Suatu Pengantar. Mediator: Jurnal Komunikasi, 9(2), 301-316. https://doi.org/10.29313/mediator.v9i2.1115
Batubara, M. Z. (2023). Dinamika Permainan Lato-Lato Perspektif Antropologi. Asketik: Jurnal Agama Dan Perubahan Sosial, 7(1), 21–38. https://doi.org/10.30762/asketik.v7i1.1052
Batubara, M. Z., & Fila, D. L. De. (2023). Poken Bante: a Tradition of the Mandailing Community in Welcoming Eid Al-Fitr. Analisa: Journal of Social Science and Religion, 8(2), 171–186. https://doi.org/10.18784/analisa.v8i2.2105
Bourdieu, P. (2010). Dominasi Maskulin. Yogyakarta: Jalasutra.
Charon, J. M. (1979). Symbolic Interactionism, United States of America: Prentice Hall Inc
Fisher, B. A. (1986). Teori-teori Komunikasi: Perspektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional, dan Pragmatis. Penerjemah Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Haryatmoko. (2010). Dominasi Penuh Tipu Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, A., & Setyanto, Y. (2019). Fenomena Catcalling sebagai Bentuk Pelecehan Seksual secara Verbal terhadap Perempuan di Jakarta. Koneksi. Vol. 3, No. 2, Hal 485-492.
Jenkins, R. (2010) Membaca Pikiran Bourdieu. Bantul: Kreasi Wacana.
Mansour, F. (2013). Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nugroho, R. (2008). Gender dan Administrasi Publik: Studi tentang Kualitas Kesetaraan Gender dalam Administrasi Publik Indonesia Pasca Reformasi 1998-2002. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prasmadena, E. T. R. P., & Putri, A. K. (2021). Pemaknaan Kekerasan Simbolik dalam Pelecehan Seksual secara Verbal (Catcalling). Journal of Development and Social Change. Surakarta: Vol. 4, No. 1.
Rusdiarti, S. R. (2003). Bahasa, Pertarungan Simbolik, dan Kekuasaan. (11-12) :31-40
Saptoyo, R. D. A. (2021). Apa itu Catcalling dan Mengapa Termasuk Pelecehan?. Diakses pada tanggal 24 Februari 2022 melalui https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/08/060400765/apa-itu-catcalling-dan-mengapa-termasuk-pelecehan-?page=all
Sobur, A. (2012). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisi Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tumiwa, V., Batubara, M. Z., Stephani, G., Sembiring, L. A., & Novelitina, J. (2024). Gejolak Budaya Korea Melalui K-Pop Dan Drama Korea Terhadap Kehidupan Mahasiswa Universitas Palangka Raya. JISPAR: Jurnal Ilmu Sosial, Politik Dan Pemerintahan, 13(1), 302–311. https://doi.org/10.37304/jispar.v13i1.9751
Windrayani, D. (2020). Persepsi Mahasiswa terhadap Aktivitas Catcalling di Lingkungan Kampus Universitas Medan Area. Skripsi. Medan: Universitas Medan Area.