STUDI FLUKS KARBON DIOKSIDA PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN DI LAHAN GAMBUT PASANG SURUT DAN PEDALAMAN (Study of Carbon dioxide Fluxes (CO2 fluxes) on Various Land Use in Low Tide and Ombrotrophic Peatland)
Yosep1), Sulistiyanto, Y.2),Adi Jaya2)
DOI:
https://doi.org/10.36873/agp.v18i02.16Keywords:
carbondioxide, fluxes, microorganisms, peatlandAbstract
ABSTRACT The aim of this study to known Co2 fluxes in low tide and ombrotrophic peatland on forest land, ex- burns land, rubber tree land, and maize land and to known amount of microbial populations there. Observation method was carried out at the village Kalampangan (ombrotrophic peatland) , Sebangau, Palangka Raya, and at the village Purwodadi (low tide peatland), Maliku, Pulang Pisau, from May to July 2014. Observation variables consist of CO2 fluxes, fluctuations of groundwater levels, soil temperature, soil humidity and microbial populations. The results show that overall carbon dioxide fluxes higher in low tide peatland, with the highest fluxes in burnt areas, 430.24 mg C m-2 h-1, whereas in Ombrotrophic peatland, the highest on 292 forested land, 92 mg C m-2h-1. In Ombrotrophic peatland, relation between fluxes of carbon dioxide and the soil temperature is significant in the burnt areas with a value of R = 0.856 with a quadratic pattern, with the average temperature of 28.89 ° C. Fluxes of carbon dioxide significantly effected by soil moisture that is at a rubber plantation with a value of R = 0.640 with quadraticpatterned, average soil moisture of 0.61 m3/m-3. Fluxes of carbon dioxide to the groundwater depth is significant on a rubber plantation with a value of R = 0.872 with a quadratic pattern, and depth of groundwater on average of 83.74 cm. The populatuin of microorganisms, in forest land 137 sel/ml, rubber plantations 154 sel/ml, cornfields 157 sel/ml and ex-burnt is 80 sel/ml. In Low Tide peatland, fluxes of carbon dioxide to the soil temperature is significant in forest land with the value of R = 0.545 with cubic pattern, and the average temperature of 27,39 oC. Soil moisture has the siginificant effect to fluxes of carbon dioxide that is in the burnt areas with a value of R = 0.617 with patterned quadratic, and average soil moisture of 0.50 m3/m-3. The ground water depth has a siginificant effect to fluxes of carbon dioxide in a cornfield with a value of R = 0.743 with a quadratic pattern, and the depth of soil water on average of 68.98 cm. Population of soil microorganisms, in forest land 73 sel/ml, rubber plantations 36 sel/ml, cornfields 51 sel/ml and ex-burnt 18 sel/ml. Soil temperature, soil moisture, groundwater depth and microoganisms effect on carbon dioxide fluxes.
Key words : carbondioxide, fluxes, microorganisms, peatland
ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh tipe penggunaan lahan gambut pasang surut dan lahan gambut pedalaman, baik pada hutan alami, eks kebakaran, lahan pertanian (jagung) dan perkebunan karet terhadap fluks karbon dioksida dan mengetahui pengaruh jumlah mikroorganisme terhadap fluks karbon dioksida pada hutan alami, eks kebakaran, lahan pertanian (jagung) dan perkebunan karet pada kedua tipe lahan gambut tersebut. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 23 Mei sampai dengan 19 Juli 2014 (2 bulan) di Kalampangan dan Purwodadi (Kanamit). Hasil Penelitian menunjukkan, fluks karbon dioksida secara keseluruhan lebih tinggi di Gambut Pasang Surut dibandingkan dengan di Pedalaman. Rata-rata fluks karbon dioksida di Gambut Pasang Surut,
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 18 No. 2 , September 2017 : 68 - 81 ISSN :1411 - 6782
69
pada lahan berhutan 285, 22 mg C m-2h-1, pada kebun karet 264,69 mg C m-2h-1, pada kebun jagung 232,08 mg C m-2h-1, pada lahan bekas kebakaran 430,24 mg C m-2h-1. Meskipun demikian, di Gambut Pedalaman, pada lahan berhutan lebih tinggi dibanding di Pasang Surut yaitu 292, 92 mg C m-2h-1, pada kebun karet 224,93 mg C m-2h-1, pada kebun jagung 211,30 mg C m-2h-1, pada lahan bekas kebakaran 228,07 mg C m-2h-1. Di Gambut Pedalaman, hubungan fluks karbon dioksida terhadap suhu tanah yang berpengaruh nyata yaitu pada areal bekas kebakaran dengan nilai R = 0,856 dengan berpola kuadratik, suhu rata-rata 28,89 oC. Fluks karbon dioksida terhadap kelembaban tanah yang berpengaruh nyata yaitu pada kebun karet dengan nilai R = 0,640 dengan berpola kuadratik, kelembaban tanah rata-rata 0,61 m3/m-3. Hubunganfluks karbon dioksida terhadap kedalaman air tanah yang berpengaruh nyata yaitu pada kebun karet dengan nilai R = 0,872 berpola kuadratik dengan kedalaman air tanah rata-rata 83,74 cm. Mikroorganisme, di lahan hutan 137 sel/ml, kebun karet 154 sel/ml, kebun jagung 157 sel/ml dan dilahan bekas kebakaran 80 sel/ml. Di Gambut Pasang Surut, hubungan fluks karbon dioksida terhadap suhu tanah yang berpengaruh nyata yaitu pada lahan hutan dengan nilai R = 0,545 dengan berpola kubik, suhu rata- rata 27,39 oC. Hubungan fluks karbon dioksida terhadap kelembaban tanah yang berpengaruh nyata yaitu pada lahan bekas kebakaran dengan nilai R = 0,617 dengan berpola kuadratik, kelembaban tanah rata-rata 0,50 m3/m-3. Hubungan fluks karbon dioksida terhadap kedalaman air tanah yang berpengaruh nyata yaitu pada kebun jagung dengan nilai R = 0,743 berpola kuadratik dengan kedalaman air tanah rata-rata 68,98 cm. Mikroorganisme, di lahan hutan 73 sel/ml, kebun karet 36 sel/ml, kebun jagung 51 sel/ml dan dilahan bekas kebakaran 18 sel/ml. Suhu tanah, kelembaban tanah, kedalaman air tanah berpengaruh terhadap fluks karbon dioksida dan mikroorganisme pengaruhnya kecil.
Kata kunci : carbondioxide, fluxes, microorganisms, peatland