PERANAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU

Authors

  • Austin Bertilova Carmelita

DOI:

https://doi.org/10.37304/jispar.v1i2.348

Abstract

 

Penyakit TB salah satu penyakit yang diketahui sejak 120 tahun yang lalu sudah ditemukan kuman penyebab Mycobacterium tuberculosis oleh Dr. Robert Koch. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis  ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan). Sepertiga daripopulasiduniasudahtertulardenganTBdimanasebagianbesarpenderitaTBadalahusia

produktif (15-55tahun).1

 

Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia berada pada peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus TB terbanyak setelah India dan China.1,2 Data tersebut berdasarkan laporan WHO Global Tuberculosis Control, Short Update to the 2009 report. Artinya insiden/kasus baru penyakit TB mengalami penurunan yang signifikan, tahun 2007 total kasus TB 528.000 dan tahun 2008 sebanyak 429.730kasus.3

 

Dunia telah menempatkan TB sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian MDGs. Secara umum ada 4 indikator yang diukur, yaitu Prevalensi, Mortalitas, Penemuan kasus dan Keberhasilan pengobatan. Dari ke-4 indikator tersebut 3 indikator sudah dicapai oleh Indonesia, angka kematian yang harus turun separuhnya pada tahun 2015 dibandingkan dengan data dasar (baseline data) tahun 1990, dari 92/100.000 penduduk menjadi 46/100.000 penduduk. Indonesia telah mencapai angka 39/100.000 penduduk pada tahun 2009. Angka Penemuan kasus (case detection rate) kasus TB BTA positif mencapai lebih 70%. Indonesia telah mencapai angka 73,1% pada tahun 2009 dan mencapai 77,3% pada tahun 2010. Angka ini akan terus ditingkatkan agarmencapai90%padatahun2015sesuaitargetRJPMN.Angkakeberhasilanpengobatan

(successrate)telahmencapailebihdari85%,yaitu91%padatahun2009.1Satuindikatoryang

 

belum terpenuhi adalah prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per 100.000 penduduk pada tahun 2008, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222 per 100.000penduduk.4,5

 

Sementara itu, situasi TB di Indonesia (Global Tuberculosis Control : WHO Report 2010) sbb : 6

 

  1. Insidens semua kasus TB adalah 430.000 orang = 189/100.000 penduduk (menurun dibandingkan tahun 1990 : 626.867 orang atau 343/ 100.000 penduduk, artinya di tahun 2010 turun 45% dari tahun1990).
  2. Prevalens semua kasus TB adalah 660.000 orang = 285/100.000 penduduk (menurun dibandingkan 1990 : 809.592 orang = 443/100.000 penduduk, artinya di tahun 2010 turun 36 % dari tahun1990).

 

  1. Jumlah kematian akibat TB adalah 61.000 orang = 27/100.000 penduduk, (menurun dibandingkan tahun 1990 : 168.956 orang per tahun, atau 92/100.000, artinya di tahun 2010 turun 70% dari tahun1990).

 

Untuk Kalimantan Tengah, angka penemuan kasus (case detection rate) adalah 5,6% lebih rendah dari target nasional tahun 2010 yaitu 17,5%. Angka keberhasilan pengobatan adalah 87,7% namun angka kesembuhan hanya 71,8%. Angka kegagalan pengobatan Kalimantan Tengah1,1%.7

Menurut Prof. Tjandra  Yoga, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan   Lingkungan

 

(P2PL) Kementerian Kesehatan, sedikitnya ada 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia. Waktu pengobatan TB yang relatif lama (6 – 8 bulan) menjadi penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB-MDR (Multi Drugs Resistant = kebal terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah adanya penderita TB laten, dimana  penderita  tidak  sakit  namun  akibat  daya  tahan  tubuh  menurun,  penyakit  TB  akan

muncul.1

 

Penyakit TB juga berkaitan dengan economic lost yaitu kehilangan pendapatan rumah tangga. Menurut WHO, seseorang yang menderita TB diperkirakan akan kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar 3 – 4 bulan. Bila meninggal akan kehilangan pendapatan rumah tangganya                                     sekitar          15                                                       tahun. Sehingga dapat dihitung kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh TB. TB sangat erat dengan programpengentasankemiskinan.Orangyangmiskinakanmenyebabkankekurangangizidan

 

penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan tertular dan sakit TB, begitu sebaliknya orang terkena TB akan mengurangipendapatannya.1

Rencana global penanggulangan TB didukung oleh 6 komponen dari Strategi Penanggulangan TB baru yang dikembangkan WHO, yaitu mengejar peningkatan dan perluasan DOTS yang berkualitas tinggi, menangani kasus ko-infeksi TB-HIV, kekebalan ganda terhadap obat anti TB dan tantangan lainnya, berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan, menyamakanpersepsisemuapenyediapelayanan,memberdayakanpasienTBdanmasyarakat

serta mewujudkan dan  mempromosikanpenelitian.1

 

Dari dasar di atas, adalah tepat ditarik permasalahan penyakit TB dipandang dari segi bagaimana peranan masyarakat (individu, keluarga, kelompok dan mitra kerja) dalam penanggulangan penyakitTB.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2019-11-10 — Updated on 2021-01-16

Versions

How to Cite

Austin Bertilova Carmelita. (2021). PERANAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU. Journal Ilmu Sosial, Politik Dan Pemerintahan, 1(2), 1–11. https://doi.org/10.37304/jispar.v1i2.348 (Original work published November 10, 2019)

Issue

Section

Articles