Vol. 2 No. 2 (2019): ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN KELUARGA URBAN

Keluarga adalah unit social terkecil dalam masyarakat yang didalamnya terjadi interaksi danl relasi sosial individu dengan individu. Terkait dengan interaksi sosial dalam keluarga, tidak selalu terjadi relasi yang asosiatif, tetapi juga terjadi relasi yang diasosiatif. Bentuk yang paling sering muncul dalam relasi pasangan suami isteri adalah disharmonis, yang akhirnya menyebabkan perpisahan atau perceraian. Perceraian atau perpisahan bukan sesuatu yang diingingkan atau direncanakan bagi pasangan, tetapi dalam dinamika resiliensi para penyintas KDRT di Komunitas Bunda Sehati Palangka Raya, pilihan perceraian harus dilakukan untuk menyelamatkan diri dan melanjutkan kehidupan tanpa kekerasan. Walaupun kehidupan paska perceraian bukan sesuatu yang mudah, baik secara sosial dan ekonomi, namun setidaknya para penyintas sudah keluar dari satu masalah yakni kekerasan fisik, seksual dan psikis.

Keluarga sebagai unit sosial terkecil memiliki sistem pembagian peran, yang secara kultural mengalami konstruksi sosial. Namun dalam kehidupan keluarga urban, konstruksi peran perempuan mengalami perubahan, dengan terlibatnya perempuan dalam mencari nafkah dan bekerja juga bagi komunitas atau yang disebut dengan multi peran. Problematika perempuan yang memiliki multi peran menyebabkan peran produktif lebih diutamakan dibandingkan peran reproduktif dan komunitas. Hal ini terlihat dalam kehidupan perempuan Bidan yang bekerja di bidang reproduktif masih lebih mengutamakan pekerjaan produktif di puskesmas dibandingkan pekerjaan memasak, menyuci, menurus anak dan keluarga setiap hari. Pilihan ini terkait dengan perbenturan waktu antar peran produktif-reproduktif-komunitas, sehingga pilihan rasionalnya adalah memilih yang terpenting. Sehingga pekerjaan reproduktif dan komunitas akan di sampingkan untuk mengutamakan pekerjaan produktif. Dinamika konflik peran pada keluarga bidan Puskesmas Ketapang 2 bisanya di atasi dengan mengambil peran anak perempuan yang
lebih besar dan keluarga lainnya (bukan ayah).

Selanjutnya, ikatan keluarga jauh yang ditandai dengan pembentukkan komunitas yang berhubungan dengan ikatan darah atau sistem kekerabatan, biasanya dikenal dengan suku atau etnis. Ikatan suku atau etnis ini menarik dilihat dalam komunitas urban Suku Banjar di Kota Palangka Raya. Komunitas yang terkumpul berdasarkan etnis ini selanjutnya membentuk suatu karakteristik sosial seperti yang terlihat di kompleks permukiman Mendawai Palangka Raya. Masyarakat etnis Banjar relatif memiliki rasa primordialisme dan eksklusif dengan masyarakat etnis lokal di permukiman Mendawai. Masyarakat etnis Banjar memiliki rasa simpati dan dekat dengan anggota-anggota in-group dan bersikap antipati atau antagonisme dengan Out-group. Sadar maupun tidak sadar masyarakat etnis Banjar dan etnis lokal berinteraksi sosial secara ekonomi-sosial, dengan tetap menjaga budaya masing-masing.

Salah satu bentuk dari pemeliharaan karakteristik keluarga luas atau sub-etnis adalah dengan memelihara dan melaksanakan ritual adat. Salah satu ritual adat dalam masyarakat desa Bangkal yang melaksanakan ritual Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung Tulang. Ritual Tiwah ini sendiri untuk menghormati keluarga yang sudah meninggal dan menghantarkan rohnya secara terhormat. Biasanya yang melaksanakan ritual ini adalah umat Kaharingan. Ritual ini bertujuan untuk menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, dengan Tuhan (ilah), Roh Leluhur, dan dengan lingkungan alam sekitar. Masyarakat desa Bangkal khususnya mempercayai bahwa setelah melakukan ritual Tiwah ini mereka tidak akan mendapatkan segala sial, sakit-penyakit, mimpi buruk, tidak terganggu lagi ataupun tidak merasa ada beban lagi. Roh keluarga yang meninggal sudah dihantarkan dengan baik.

Terakhir, dalam dinamika komunitas atau sub-etnis, karakteristik komunitas juga ditandai dengan permainan tradisional. Permainan sabung ayam adalah salah satunya. Permainan sabung ayam merupakan perkelahian antara dua ayam jago yang diadu dengan menggunakan pisau kecil atau biasa disebut taji sebagai senjata, yang dipasangkan di kaki ayam tersebut untuk membunuh lawannya dengan cepat jika taji tersebut mengenai lawannya. Permainan sabung ayam di Desa Tuyun menjadi sebuah solusi alternatif perekonomian bagi masyarakat penambang emas yang tidak dapat bekerja menambang emas di musim kemarau, maka mereka mengisi waktunya dengan melakukan permainan sabung ayam. Hal tersebut dipengaruhi oleh bebarapa faktor antara lain faktor ekonomi (peruntungan dari perjudian), faktor hiburan (menjadi tontonan warga) dan faktor belajar (melatih ayam yang akan bermain).

Palangka Raya, 18 Desember 2019
Ketua Dewan Redaksi

Published: 2019-11-01