PELESTARIAN ARSITEKTUR TRADISIONAL DAYAK PADA PENGENALAN RAGAM BENTUK KONSTRUKSI DAN TEKNOLOGI TRADISIONAL DAYAK DI KALIMANTAN TENGAH
DOI:
https://doi.org/10.36873/jpa.v9i02.8956Keywords:
Pelestarian Arsitektur, Arsitektur Tradisional Dayak, BetangAbstract
Kalimantan Tengah merupakan salah satu daerah yang dikenal dengan kekhasan seni dan budayanya, baik di dalam negeri maupun luar negeri.Kalimantan Tengah sangat dikenal dengan suku Dayak atau suku bangsa seperti Ngaju, Ot-Danum, Ma-ayan, Ot-Siang, Lawangan, Katingan, dan sebagainya.Berbagai seni dan budaya yang dikenal dengan adat istiadat, sistem kekerabatan ambilineal, permainan anak negeri, bahasa daerah, rumah adat, dan sebagainya.Asas yang dianut adalah asas kekeluargaan dan kebersamaan yaitu Budaya Betang (hidup berdampingan dalam satu atap) dan gotong royong (saling haduhup).
Namun, fenomena yang tejadi sekarang adalah mulai adanya pergeseran sosial masyarakat Dayak.Hal tersebut, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.Pertama, kemajuan teknologi komunikasi yang membuat manusia hidup dalam kepraktisan.Kedua, pengaruh budaya asing (westerrnisasi).Ketika kebudayaan asing mempengaruhi masyarakat Dayak salah satunya moderenisasi.Modernisasi telah mengubah kehidupan tradisional Dayak.Hal tersebut, dapat dilihat dari bangunan-bangunan yang terdapat di Kalimantan Tengah.Salah satu bangunan tersebut adalah Rumah (huma) Betang.Huma Betang yang memiliki seni ukiran dengan motif khusus Dayak yang berorientasi pada alam, dan hewan dimana orang jaman dulu menandakan hidup dekat dengan alam, sebuah filosofi hidup yang unik yang patut dilestarikan.Pandangan hidup jaman dulu patut dijadikan sebagai panutan dan pelajaran hidup bagi manusia dan individu. Huma Betang yang memiliki penamaan khusus tentang sistem konstruksi teknologi pada bangunanpun sudah mulai dilupakan, digantikan dengan nama-nama sistem konstruksi dalam bahasa Indonesia, badahal penamaan konstruksi dalam bahasa Dayak sendiri lebih kaya makna dan arti, yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia yang lebih umum.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Buntoi dan di Tumbang Malahoi, desa yang memiliki rumah Adat yang khas yaitu Betang Buntoi dan Malahoi, dijadikan sebagai objek penelitian dan di analisa sintesa, Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan deskriptif kualitatif yang bersifat observasi lapangan (research field), dan wawancara dengan nara sumber terkait yang memahami tentang sistem kontruksi dan Teknologi Dayak Kalimantan Tengah, dimana pengolahan data langsung pada lokasi penelitian untuk menemukan berbagai pembuktian-pembuktian yang akan diteliti