From Surau to Social Media: Nusantara Ulama’s Da'wah Transformation in The Society 5.0 Era

Abstrak

The transformation of Islamic da‘wah in Indonesia has shifted from traditional spaces such as surau and pesantren to digital platforms in line with the development of the Society 5.0 era. This shift has influenced patterns of religious authority and modes of conveying Islamic messages, giving rise to challenges in preserving the moderate, locally rooted values of Nusantara ulama da‘wah. This study explicitly aims to analyze the transformation of da‘wah into the digital sphere, identify the enduring values of Nusantara ulama da‘wah, and examine the challenges and opportunities of Islamic da‘wah within the context of Society 5.0. The research employs a qualitative literature review method using thematic analysis. The findings indicate that digital da‘wah expands outreach and innovation, yet also presents challenges in the form of fragmented religious authority and the commercialization of religious content. The novelty of this study lies in the formulation of a model for recontextualizing Nusantara ulama values such as hikmah, tawazun, and tasamuh within a human-centered digital da‘wah ecosystem as a foundation for ethical and moderate da‘wah in the contemporary era.

Transformasi dakwah Islam di Indonesia mengalami pergeseran dari ruang tradisional seperti surau dan pesantren menuju platform digital seiring berkembangnya era Masyarakat 5.0. Perubahan ini mempengaruhi pola otoritas keagamaan dan cara penyampaian pesan Islam, sehingga menimbulkan tantangan dalam menjaga nilai-nilai dakwah ulama Nusantara yang moderat dan berakar pada kearifan lokal. Penelitian ini secara eksplisit bertujuan menganalisis transformasi dakwah ke ruang digital, mengidentifikasi nilai-nilai dakwah ulama Nusantara yang tetap relevan, serta menelaah tantangan dan peluang dakwah Islam dalam konteks Masyarakat 5.0. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan pendekatan kualitatif melalui analisis tematik. Hasil kajian menunjukkan bahwa dakwah digital memperluas jangkauan dan inovasi, namun juga menghadirkan tantangan berupa fragmentasi otoritas keagamaan dan komersialisasi konten. Kebaruan penelitian ini terletak pada perumusan model rekontekstualisasi nilai-nilai ulama Nusantara seperti hikmah, tawazun, dan tasamuh dalam ekosistem dakwah digital yang human-centered sebagai landasan dakwah yang etis dan moderat di era kontemporer.